Shafa dan Marwa

Republika, Rabu, 06 Februari 2002 12:00:00

Shafa dan Marwa

Setelah Nabi Ibrahim menempatkan istri dan anaknya didekat Ka’bah beliau langsung kembali ke Syam. Hajar berlari mengikutinya dan bertanya, “Hai suamiku, akan kemana kau ! Mengapa aku dan anakmu kau tinggalkan disini ! Tempat yang kosong tidak ada apa-apanya !”. Berulang kali Hajar mengatakan seperti itu sambil berjalan mengikuti Nabi Ibrahim berjalan.

Ternyata Nabi Ibrahim tidak sanggup menoleh apalagi menjawab. Matanya menerawang kedepan dengan pandangan melompong, kalau ia bukan seorang Nabi, mungkin sudah meleleh air matanya mendengar suara-suara istri yang dicintainya.

Hajar menanyakan lagi “Apakah Allah yang menyuruhmu agar kau lakukan ini ? Ya, jawab Nabi Ibrahim dengan singkat. Kalau begitu, Allah pasti tidak menyianyiakan kami, sahut Hajar”. Ia pun kembali ke tempat anaknya di dekat Ka’bah.

Setelah sampai diperbatasan, sebagai seorang suami sekaligus seorang Bapak, Nabi Ibrahim tidak kuat menahan gemuruh perasaan hatinya, lalu berhenti dan menghadap arah Ka’bah, mengangkat kedua tangannya dan berdoa : ”Ya Allah aku tempatkan sebagian keturunanku dilembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman, didekat rumah-Mu yang dihormati, agar mereka mendirikan shalat, maka jadilah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rizkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur”. (Al-Quran, Surah Ibrahim, Ayat 37).

Perbekalan Hajar, air dan kurma akhirnya habis. Air susupun sudah tidak keluar lagi. Ismail pun menangis karena lapar. Hajar berusaha mendapatkan minuman dan makanan. Ia berjalan ke bukit Shafa dan menaikinya kemudian melepaskan pandangannya kedepan jauh-jauh, kekiri, kekanan, barangkali ada orang yang dapat dimintakan pertolongan.

Lalu ia berjalan dengan setengah berlari menuju bukit Marwa. Kemudian ia lakukan seperti di bukit Shafa. Namun tidak ia temukan air dan makanan atau orang yang dapat diminta tolong, walaupun ulang-alik antara Shafa dan Marwa ia lakukan sampai tujuh kali. Akhirnya ia merasakan bahwa usahanya sudah maksimal, lalu kembalilah ia ketempat anaknya.

Kemudian malaikat Jibril datang dan dengan kakinya Jibril menghentak tanah, sehingga keluar air Zamzam yang kemudian dipakai oleh Hajar dan anaknya minuman. Dengan air zamzam mereka hidup berhari-hari. Malah sebagian riwayat berbulan-bulan. Peristiwa bolak-balik antara Shafa dan Marwa inilah yang diabadikan oleh Islam sebagai ibadah SA’I yang termasuk dalam rangkaian ibadah Haji dan Umrah. Kemudian lokasi kedua tempat ini disebut MAS’A (tempat Sa’i).

Adapun Mas’a dan kedua bukit ini sekarang sudah berada dalam bangunan Masjid Al-Haram. Namun hukumnya masih memakai hukum bahwa lokasi itu adalah lokasi diluar Masjid, sehingga wanita yang sedang menstruasi boleh berada dilokasi ini.

Rukun Yamani

Republika, Senin, 04 Februari 2002 20:00:14
RUKUN YAMANI
(Sudut Arah Yaman)

Sudut ini juga sangat penting artinya bagi keistimewaan Ka’bah karena setiap orang yang thawaf disunnahkan menyalami atau mengusap dengan tangan kanan atau kalau tidak mungkin karena berdesakan, disunnahkan melambaikan tangan kanan ke arah sudut ini sambil mengatakan “BISMILLAH WALLAHU AKBAR”.

Rukun Yamani adalah sudut yang keempat bagi orang yang thawaf dan dari sudut ini sampai ke sudut Hajar Aswad orang yang thawaf disunnahkan membaca doa : RABBANAA AATINA FIDDUNYAA HASANAH, WAFIL AAKHIRATI
HASANAH, WAQINA ADZAABAN NAAR. “Ya Allah berilah aku kehidupan di dunia yang baik, juga kehidupan di akhirat yang baik, dan jauhkanlah aku dari siksa Neraka”.

HIJIR ISMAIL

Republika, Senin, 04 Februari 2002 20:00:14

HIJIR ISMAIL
Hijir Ismail adalah lokasi sebelah utara Ka’bah yang dibatasi tembok yang berbentuk setengah lingkaran. Disitulah Nabi Ismail tinggal semasa hidupnya dan kemudian menjadi kuburan beliau dan juga ibunya. Ketika suku Quraisy memugar Ka’bah (606 M.), mereka kekurangan dana untuk dapat membangun seukuran Ka’bah yang asli. Mereka mengurangi panjang tembok ke bagian utara sehingga Hijir Ismail semakin luas. Oleh sebab itu sebagian Hijir Ismail termasuk Ka’bah. Maka orang yang melakukan Thawaf harus mengitari Ka’bah dan Hijir Ismail. Tidak syah thawaf seseorang kalau ia mengitari Ka’bah dengan melewati gang antara Hijir Ismail dan Ka’bah.

Kalau seseorang ingin shalat didalam Ka’bah, cukup shalat di dalam Hijir Ismail ini. Seperti yang pernah diriwayatkan oleh Siti Aisyah ; “Aku pernah minta kepada Rasulullah agar diberi ijin masuk Ka’bah untuk shalat didalamnya. Lalu beliau membawa aku ke Hijir Ismail dan bersabda : “Shalatlah disini, kalau ingin shalat didalam Ka’bah, karena Hijir Ismail ini termasuk bagian Ka’bah”. Shalat di Hijir Ismail adalah sunnah yang berdiri sendiri. Dalam arti tidak ada kaitan
dengan thawaf atau umroh atau haji atau ibadah lainnya. Jadi sebaiknya kalau sudah selesai thawaf dan akan melakukan sa’i, shalatlah di makam Ibrahim, terus lakukanlah sa’i tanpa shalat di Hijir Ismail. Kalau ada kesempatan lain baru lakukan shalat di Hijir Ismail dengan tenang. Karena Hijir Ismail ini juga termasuk tempat mustajab untuk berdoa terutama yang persis dibawah pancuran (Mizab).

Hajr Aswad

Republika, Jumat, 01 Februari 2002 12:00:00

Hajr Aswad (Batu Hitam)

Hajar Aswad, batu berwarna hitam yang berada disudut tenggara Ka’bah. Batu itu dilingkari besi putih yang direkat dengan timah, terletak kira-kira satu setengah meter dari permukaan lantai masjid. Dari sudut inilah thawaf dimulai dan diakhiri. Kalau memungkinkan, setiap mulai putaran, disunnahkan mencium atau mengusap dengan tangan kanan pada Hajar Aswad ini. Kalau tidak mungkin, disunnahkan melambaikan tangan kanan seolah memberi isyarat menyalami.

Mencium Hajar Aswad diluar waktu thawaf juga disunnahkan dengan niat mengikuti petunjuk Nabi. Dalam salah satu riwayat Bukhori-Muslim, diterangkan bahwa Sayyidina Umar (Khalifah II) sebelum mencium Hajar Aswad mengatakan

”Demi Allah, aku tahu bahwa kau adalah batu yang tidak dapat berbuat apa-apa, kalau aku tidak melihat Nabi menciummu, aku tidak akan menciummu” Jadi mencium Hajar Aswad ini bukanlah suatu kewajiban, tapi merupakan anjuran dan sunnah hukumnya. Kalau keadaan tidak memungkinkan, sebaiknya diurungkan saja niat mencium atau mengusap batu itu.

Ketika suku Quraisy melakukan pemugaran Ka’bah (606 H) hampir terjadi pertumpahan darah antara empat kabilah suku Quraisy yang berselisih pendapat tentang siapa yang berhak mengangkat dan meletakkan batu ini pada tempatnya. Selama lima hari lima malam mereka dalam situasi gawat. Akhirnya muncul usulan dari Abu Umayyah bin Mughirah Al-Makhzumy yang menyatakan ”Alangkah baiknya, kalau keputusan ini kita serahkan kepada orang yang pertama kali masuk masjid pada hari ini”.

Karena Abu Umayyah orang tertua diantara Quraisy, maka pendapatnya disepakati. Ternyata orang yang pertamakali masuk pada hari itu adalah Muhammad bin Abdullah (35 tahun), sebelum menjadi nabi yang pada saat itu sudah bergelar Al-Amin (orang yang terpercaya).

Mereka langsung meminta beliau untuk mengambil keputusan tentang pertikaian yang berbahaya itu. Kemudian Muhammad bin Abdullah menuju tempat penyimpanan batu itu lalu membentangkan sorbannya dan meletakkan batu di atas sorbannya. Lantas Rasul menyuruh seorang wakil masing-masing kabilah yang sedang bertengkar memegang sudut sorbannya. Empat orang itulah yang mengangkat batu itu secara bersama-sama, lalu Muhammad saw yang memasangnya di sudut Ka’bah.

Arafah dan Mudzalifah

Republika, Kamis, 07 Februari 2002 12:00:00

A R A F A H
Arafah adalah tempat jamaah haji melakukan wukuf yang arti harfiyahnya berdiam diri atau berhenti. Arafah terletak 21 KM sebelah tenggara Makkah. Ia merupakan tanah lapangan yang amat luas. Di bagian belakang dikelilingi oleh bukit berbentuk setengah lingkaran. Lapangan yang luasnya kira-kira 3,5 X 3,5 km ini sekarang sudah dilingkari dengan jalan-jalan besar beraspal dan ditanami pohon-pohon sehingga tampak dari atas seperti kotak-kotak hijau dengan garis-garis hitam.

Arafah berarti tahu atau kenal. Dinamakan demikian karena lokasi ini adalah tempat pertemuan Nabi Adam dan Ibu Hawa yang sebelumnya terpisah sangat jauh. Ketika turun dari sorga, Nabi Adam turun di India dan Ibu Hawa turun di Jeddah. Mereka saling mencari akhirnya saling melihat dan mengenal di lokasi ini, persisnya di Jabal Rahmah. Setelah ketemu kembali mereka berkumpul dan menetap di Makkah kemudian mengembangkan keturunannya dari sana. Peristiwa di lokasi ini diabadikan setiap tahun oleh Nabi Adam dan diteruskan oleh keturunannya sebagai ibadah. Kemudian disahkan oleh agama Islam sampai sekarang.

Berdo’a di Arafah merupakan yang paling afdhal, sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw: ” Doa yang paling afdhal adalah doa di hari Arafah ”. Dalam riwayat lain Nabi bersabda ”Tidak ada hari yang paling banyak Allah menentukan pembebasan hambanya dari Neraka selain hari Arafah”.

MUDZALIFAH

Muzdalifah terletak antara Arafah dan Mina dan termasuk tanah haram Makkah. Sekarang dapat kita lihat tanda-tanda batasnya tertulis dengan pelbagai bahasa. Jarak antara tanda batas yang ada perbatasan Arafah dan yang di perbatasan Mina adalah 4370 Meter.

Rasul saw bermalam di sini semalam suntuk. Beliau dan para sahabatnya melakukan shalat Magrib, Isya dan subuh. Baru setelah mulai remang-remang pagi beliau berangkat ke Mina. Jamaah haji zaman sekarang kebanyakan melakukan mabit di Muzdalifah ini diatas kendaraan masing-masing dan sebagian mempergunakan kesempatan untuk mencari batu kerikil yang akan digunakan melempar Jumrah. Dan itu hukumnya sudah memenuhi syarat Mabit (bermalam) asalkan meninggalkan Muzdalifah setelah tengah malam.

Mina

Republika, Jumat, 08 Februari 2002 12:00:00
M I N A

Mina adalah lokasi di tanah haram Makkah yang didatangi jamaah haji setelah wukuf di Arafah ialah untuk bermalam dan melempar Jumrah pada siang hari yaitu tanggal 10,11,12 Dzul Hijjah untuk mereka yang bernafar-awal dan tanggal 10,11,12,13 Dzul Hijjah bagi mereka yang bernafar-tsani.

Secara harfiah, Mina berarti tempat tumpahan darah binatang yang disembelih. Ini sesuai dengan kenyataan yang berlaku bahwa di daerah ini setiap tahun disembelih sekitar satu juta binatang yang terdiri dari unta, sapi dan kambing.

Kawasan yang berada 9 KM dari timur Makkah, sebetulnya tidak luas. Dari arah Makkah dibatasi Jumrah Aqabah dan dari arah Arafah dibatasi Wadi Muhassir. Panjangnya sekitar 3 1/2 KM. Lebarnya dibatasi oleh dua buah bukit yang berhadap-hadapan yang berarti dibalik kedua bukit itu adalah dasar di luar Mina. Namun menurut fatwa ketua majelis ulama Arab Saudi daerah Mu’aisim adalah masuk kawasan Mina. Mina termasuk tempat ibadah sebagimana Arafah. Tidak sah bermalam di luar Mina sebagaimana tidak sah Wukuf di luar Arafah.

Mina oleh orang-orang Arab disebut dengan nama Muna yang berarti ‘pengharapan’. Menurut riwayat, di Mina inilah hati Nabi Adam dibisiki bahwa dia memperoleh harapan, setelah 200 tahun berpisah, akan bertemu dengan istrinya Hawa. Dan dengan izin Allah, Adam beberapa hari kemudian memang benar-benar bertemu dengan Hawa yaitu di Jabar Rahmah, sebuah bukit kecil di sekitar Padang Arafah.

Tempat-tempat penting di Mina;
1. Jamarat (Jumrah Aqabah, Jumrah wusta, Jumrah Ula).
2. Al-Manhar (Jabal Qurban). Lokasi penyembelihan binatang.
3 Masjid Al-Baiah. Lokasi Nabi Muhammad melakukan Shalat dan khutbah ketika berada di Mina sewaktu haji.
4. Masjid Al-Baiah. Lokasi Nabi Muhammad saw dibaiat oleh orang-orang Ansor yang datang dari Madinah 1 tahun sebelum hijrah