Paku dan Lidah

Republika
Oleh : Siti Nuryati

Ada seorang anak laki-laki pemarah. Untuk mengurangi kebiasaan marah sang anak, ayahnya memberikan sekantong paku dan mengatakan pada anak itu untuk memakukan sebuah paku di pagar belakang setiap kali dia marah.

Hari pertama anak itu telah memakukan 72 paku. Lalu secara bertahap jumlah itu mulai berkurang. Dia mendapati bahwa ternyata lebih mudah menahan marah daripada memakukan paku ke pagar. Akhirnya tibalah waktu dimana anak tersebut merasa bahwa ia sama sekali telah mampu mengendalikan amarahnya dan tidak cepat kehilangan kesabarannya.

Anak itu kemudian memberitahukan perubahan dirinya kepada sang ayah, yang kemudian mengusulkan agar ia mencabut satu per satu paku-paku tersebut setiap hari pada saat si anak telah hilang sifat pemarahnya.

Hari-hari berlalu dan anak laki-laki tersebut akhirnya memberitahu ayahnya bahwa semua paku telah tercabut olehnya. Menyaksikan semua itu, sang ayah lalu menuntun anaknya ke pagar sambil berkata, ”Engkau telah berhasil dengan baik anakku. Namun, lihatlah lubang-lubang di pagar ini. Pagar ini tidak akan pernah bisa kembali mulus seperti sebelumnya, ketika engkau mengatakan sesuatu dalam kemarahan.”

Si ayah melanjutkan, ”Kata-katamu akan meninggalkan bekas di hati orang yang kaumarahi, seperti lubang bekas paku yang ada di pagar ini. Engkau dapat menusukkan pisau pada seseorang, lalu mencabut pisau itu. Meski telah beberapa kali engkau meminta maaf, bisa jadi luka itu akan tetap ada dan luka karena kata-kata adalah sama buruknya dengan luka fisik akibat tusukan pisau, meski luka akibat kata-kata memang tak tampak.”

Rasulullah saw pernah bertutur, ”Barang siapa yang tidak bisa berkata baik, maka diamlah.” Di sinilah kita dibimbing untuk senantiasa mengedepankan akhlak dalam setiap pembicaraan agar apa pun yang kita katakan tidak melukai orang lain.

Dalam berbicara kita dituntut dua hal: benar dan baik. Benar artinya bahwa substansi pembicaraan kita selalu dalam koridor syari’at. Sedangkan baik di sini berarti cara bicara kita diupayakan tidak menimbulkan luka hati lawan bicara kita.

Satu Tanggapan

  1. Musuh utama manusia hawa nafsu mau……..pasang iklan gratis.lansung online
    http://iklanbaris-gratis.org

Tinggalkan komentar