Meremehkan Hal Kecil

Republika
Oleh : Oleh Sabrur R Soenardi

Ketika hendak menjenguk orang sakit, Khalifah Umar bin Khatab menyewa seekor kuda tunggangan. Di tengah perjalanan, ia beristirahat sejenak dan menggantungkan syal ikat kepalanya pada ranting sebuah pohon. Karena terus berzikir, Umar lupa mengambil syal itu saat beranjak pergi. Ketika perjalanan sudah agak jauh, seseorang memberi isyarat bahwa Umar meninggalkan syalnya pada sebuah pohon.

Umar pun turun dan meninggalkan kudanya bersama orang itu. “Jaga kuda itu. Aku akan kembali ke pohon itu mengambil syal.”

Laki-laki itu tentu saja heran. Maka, sekembali Umar dari mengambil syalnya, ia langsung bertanya, “Wahai Amirul Mukminin, mengapa Anda pergi ke pohon itu tidak naik kuda ini saja atau menyuruhku mengambil syal itu untukmu?”

“Kamu yang pergi?” jawab Umar balik bertanya. “Aku tidak mau. Syal itu bukan punyamu, dan kamu juga bukan orang upahanku yang bisa kumanfaatkan seenakku. Usulmu agar aku menunggangi kuda ini untuk mengambil syal lalu kembali lagi, aku tidak sepakat. Waktu aku menyewa kuda ini, izinnya hanya untuk pergi dari rumah ke tempat yang kutuju. Lagi pula, aku dan pemilik kuda ini tidak membuat kesepakatan yang membolehkan kamu pergi dengan kuda ini.”

Laki-laki itu tambah heran. “Wahai Amirul Mukminin, itu kan sangat remeh bagi kuda ini dan bagi pemiliknya? Berjalan sedekat itu bagi seekor kuda bukanlah sesuatu yang berat, dan jika diukur dengan uang sewaaan, bagi pemilik kuda, juga tidak bernilai banyak.”

Alfaruq sangat berang mendengar ucapan orang ini. “Hai orang yang sesat dan disesatkan, tidakkah kamu mendengar firman Allah, ‘Dan kamu menganggapnya yang ringan saja, padahal di sisi Allah adalah besar’.” (QS Annur: 150).

Alih-alih berperilaku seperti Umar yang, sebagai kepala negara sekalipun, tidak mau meremehkan hal-hal kecil, orang zaman sekarang, khususnya mereka yang duduk di kursi kekuasan, malah berperilaku menyimpang, jauh dari yang dicontohkan. Hal-hal yang besar justru mereka anggap remeh. Pemberantasan KKN, law enforcement, pengentasan kemiskinan, semuanya adalah tugas-tugas besar menyangkut masa depan bangsa.

Namun, mereka tidak serius menanganinya. Para penyelenggara negara kita justru menganggap semua hal itu sebagai tugas-tugas remeh. Karena itu, hingga kini tugas-tugas itu tidak tergarap dengan tuntas, bahkan cenderung amburadul. Betapa berat pertanggungjawaban mereka di akhirat kelak. Na’udzubillah.